Acara

Home » Acara » Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UBN Peringati Peristiwa Genosida Banda

345904482_641641411110414_1770269377056546560_n

Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UBN Peringati Peristiwa Genosida Banda

Banda PsjNews: Mahasiswa pendidikan sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Banda Naira (UBN), memperingati tragedi pembataian 44 Orang Kaya (OK) Banda Naira. Peringatan peristiwa Genosida Banda itu dilaksanakan secara simbolis oleh para mahasiswa dengan mengirim doa kepada para leluhur Banda, di kawasan tempat peristiwa pembantaian itu berlangsung dan di situs sejarah monumen Parigi Rante, Selasa (8 /5/2023).

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah  Kasman Renyaan, S.Pd., M.Pd dihadapan para mahasiswa pendidikan sejarah semester dua yang hadir dalam doa bersama itu mengungkapkan, kegiatan memperingati peristiwa pembantaian OK Banda Naira ini penting dilakukan oleh generasi Banda hari ini, sehingga tidak lupa kepada para jasa leluhur dahulu yang telah berjuang dengan darah, rela mati untuk mempertahankan Tanah Air Banda dari kerakusan kolonialisme Belanda.

“Leluhur Banda dahulu berjuang dan rela mati demi mempertahankan tanah air Banda dari kolonialisme, maka tugas generasi Banda atau orang-orang yang hidup menikmati kehidupan di tanah Air Banda dengan damai saat ini, sudah seharusnya mengingat peristiwa itu dengan mengirimkan doa kapada leluhur, semoga arwah para leluhur Banda mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Alfatihah. Amin.” Ungkapnya.

Peringatan peristiwa ini oleh mahasiswa sejarah kata Kasman, juga bagian dari upaya menghadirkan kesadaran sejarah kepada generasi Banda saat ini, bahwa kejahatan kemanusian terbesar dahulu pernah dipraktekan VOC Belanda, sebagai upaya pemusnahan etnis Banda di atas di atas Tanah Air Banda, demi merampas sumber kekayaan alam Banda, yakni rempah pala dan fuli.

Genosida Banda

Peristiwa Pembantaian Orang Kaya Banda oleh VOC Belanda di bawah komando Gubernur Jenderal Jan Piterzoon Coen pada 8 Mei 1621 merupakan sebuah kejahatan kemanusiaan terdasyat sepanjang sejarah umat manusia. Diberitakan oleh Letnan Angkatan Laut Belanda, Nicolas van Waert, sebanyak 44 Orang Kaya (OK) Banda, dieksekusi tampa ampun.

Setelah ditangkap, mereka digiring layaknya domba-domba ke dalam sebuah pagar bambu di luar Benteng Nassau. Di bawah kucuran hujang dibacakanan kesahalan masing-masing yang sesungguhnya tidak pernah mereka lakukan. Ronin Samurai Jepang, yang di sewa khusus VOC kemudian mengeksekusi para OK itu satu persatu. Kepala mereka terhempas oleh pedang para Samurai bayaran itu, badan OK Banda dipengal masing-masing menjadi empat bagian.

Potongan kepala para OK itu lalu ditancampkan pada ujung-ujung tiang bambu dan diperotonkan kepada rakyat Banda yang tinggal tersisa perempuan dan orang tua renta yang tak lagi berdaya untuk melawan. Para OK itu meregang nyawa tampa satu kata terucap dari mulut mereka. Sumber lain menyebut, 48 OK Banda dipenggal tanpa sempat mengeluarkan sepatah katapun, kecuali seorang yang berkata lirih: Myn Heeren, en isser dan geen genade’ (Apakah tuan-tuan tidak punya rasa kasihan?). Jenazah Ok yang di mutilasi dibuang di sebuah sumur yang dikenal De Poet Van Coen.

Tujuh tahun pasca tragedi genosida pada 1628, mayat para pemimpin pahlawan Banda itu, diangkat dari dalam sumur untuk dikebumikan sebagaimana layaknya jenazah, dengan menggunakan kain kafan sepanjang 99 meter sekaligus untuk mencuci sumur.

Peristiwa ini diabadikan dalam ritual “Rofaer War” dan oleh masyarakat Banda Naira mengabadikan dengan peristiwa Parigi Rante. Dalam catatan sejarah melukiskan, eksekusi 44 OK itu merupakan aksi balas dendam Ceon.

Para OK Banda dituduh menjadi dalang penyerangan tentara VOC di Banda Naira pada 1608, sebab VOC melakasanakan monopoli rempah pala dan memaksakan kehendaknya membangun benteng Nassau di atas Tanah Banda, sehingga berakibat pada terbunuhnya Laksamana Piterszoon Verhoeven, dalam sebuah negosiasi dengan rakyat Banda beserta rombongan anak buahnya. Seorang pedagang muda bawahan Verhoeven, berhasil menyelamatkan diri. Kelak menjadi gubernur Jenderal VOC, yang bernama Jan Pieterszoon Coen.

Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1621 melaksanakan ekspedisi untuk menghancurkan tanaman pala di Kepulaun Banda dengan membawa armada yang terdiri dari 13 kapal besar, 3 kapal kecil, dan 6 perahu layar berjumblah 1.665 orang Eropa ditambah 100 orang tentara bayaran dari pasukan ronin-samurai, dan 286 tawanan asal Jawa sebagai buruh kapal.

Ceon berhasil menaklukan Kepulauan Banda dan berhasil memporak-porandakan pertahanan rakyat Banda. Tercatat sebanyak 6.000 jiwa rakyat Banda dimusnahkan dengan sangat kejam tampa prikemanusiaan, 789 orang di buang ke Batavia dan 2.000 penduduk lainnya berhasil menyelamatkan diri ke Kepulauan Kei dan Pulau Seram. Sebagian di bawa ke Taiwan untuk dipekerjakan sebagai budak membangun benteng pertahanan Belanda di sana.

Ceon, kemudian dengan bebas membagi tanah dan perkebunan pala orang Banda kepada Kompeni. Bebas membangun benteng-benteng pertahanan VOC di atas Tanah Banda. Tampa ada lagi yang melawan.**

Posted in ,

Artikel Terbaru

Archives

Kategori