Berita

Home » Berita » Peringati 1 Juni, HMPS Pendidikan Sejarah FKIP UBN Gelar Diskusi Pancasila dan Nobar Film Soekarno

Diskusi Hari Lahir Pancasila

Peringati 1 Juni, HMPS Pendidikan Sejarah FKIP UBN Gelar Diskusi Pancasila dan Nobar Film Soekarno

Sejarah FKIP UBN, Banda: Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni, Himpunan Mahasiswa  Program Studi Pendidikan Sejarah (HMPS PSJ), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Banda Naira (UBN), mengelar acara disikusi tentang sejarah lahir Pancasila dan Nonton Bareng (Nobar) kembali filem Soekarno yang disutradarai Hanung Bramantyo di aula Des Alwi, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (1/06/2014) malam.

Kegiatan diskusi dan nobar ini dihadiri oleh Rektor UBN Dr. Muhammad Farid, M.Sos yang juga selaku pemateri inti pada acara dialog itu dan Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Sejarah Kasman Renyaan, S.Pd., M.Pd, serta sejumlah mahasiswa lintas pengurus HMPS di lingkungan kampus UBN.

Kaprodi Pendidikan Sejarah Kasman Renyaan, S.Pd., M.Pd, dalam sambutannya mengawali acara itu, mengatakan peringatan hari lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2024, ini perlu menjadi momentum untuk mengembangkan literasi mahasiswa sejarah tentang sejarah dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

“Momentum bersejarah ini penting menjadi perhatian bagi mahasiswa untuk mengembangkan literasi sejarah Pancasila lebih dalam, sehingga bukan saja mengusung kegiatan serimonial tentang Pancasila, tetapi menjadikan momentum ini untuk memperdalam wawasan tentang Sejarah Pancasila dan implementasinya di masyarakat.” Ujar Renyaan.

Diskusi yang menghadirkan Rektor UBN Dr. Muhammad Farid, M.Sos, itu berjudul, “Pancasila Bukan Satu Juni Empat Lima?!” Tema ini merupakan judul essay yang ditulis oleh orang nomor satu di UBN itu dan terpublikasi di website resmi ubn.ac.id, tepat di momentum hari lahir Pancasila.

Judul yang cukup kontadiksi ini memantik pertanyaan mahasiswa yang hadir dalam acara diskusi itu, salah satunya datang dari Witri Sudin, mahasiswa pendidikan sejarah yang mempertanyakan mengapa judul itu seolah meragukan keabsahan Pancasila yang lahir pada 1 Juni? Juga pertanyaan kritis mahasiswa lainnya atas inplementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dijalangkan oleh pemerintahan sekarang ini yang dinilai jauh dari perwujudan butir Pancasila.

Pertanyaan itu kemudian di jawab oleh Farid, diplomatik dengan mengajak mahasiswa membaca kembali tulisanya berjudul “Pancasila dan Dialogalitas Gagasan Pendiri Bangsa” yang terpublikasi di salah satau media berita online Nasional dan dipublikasikan kembali di website resmi sejarah.fkip.ubn.ac.id.

Dalam essay dan jawabannya Farid mengajak mahasiswa pendidikan sejarah untuk berfikir kritis memahami sejarah lahir Pancasila yang merupakan hasil diskursus pikiran yang berdialog, bukan temuan sesorang (monolog).

Lebih lanjut Farid, mengatakan, cerita “5 butir Pancasila” menyerupai fragmen-fragmen peristiwa dan bukan lahir dari gagasan 1 orang, alih-alih bersifat tunggal (monolog). Episode didalamnya mengalir dalam alur yang tidak teratur, diperankan banyak “tokoh utama,” melalui dialogalitas yang sangat diskursif.

“Debat sengit dan saling mematahkan. Lalu, kini kita “merayakan” 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila. Euforia dan bangga betapa “saktinya” 5 butir sila. Meski dalam hening kita patut bertanya-tanya…”Pancasila bukan satu Juni Empat Lima?” Jawab Farid, kepada puluhan mahasiswa yang hadir itu. **(K.R).

Posted in